– Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dikabarkan sedang berada di Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Jumat (14/4/2023).
Memang, sebelumnya Luhut dikabarkan terbang ke AS yang salah satunya akan membahas mengenai isu ketidakadilan AS terhadap nikel Indonesia yang tidak masuk dalam daftar kredit pajak pada Undang-undang Inflation Reduction Rate (IRA).
Hal itu dikarenakan Indonesia yang belum memiliki kesepakatan Free Trade Agreement (FTA).
Lantas, bagaimana hasil dari kunjungan Luhut di AS?
Mengutip akun instagram resminya, Luhut mengatakan bahwa kunjungannya ke AS adalah untuk membahas kelanjutan pendanaan Just Energy Transition Program (JETP) untuk mendukung transisi energi dan mengurangi emisi karbon di Indonesia.
Luhut mengatakan, pertemuannya dengan Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat untuk Iklim H.E John Kerry adalah untuk mengingatkan AS bahwa Indonesia sudah meresmikan sekretariat Just Energy Transition Program (JETP) di Indonesia.
“Inilah tujuan dari kunjungan saya ke Amerika Serikat kali ini, untuk bertemu dengan United States Special Presidential Envoy for Climate H.E John Kerry. Kami semua kembali mengingatkan Amerika bahwa pada bulan Februari yang lalu, kami resmi meluncurkan Sekretariat JETP Indonesia,” ujar Luhut dalam akun Instagram resminya, @luhut.pandjaitan, Jumat (14/4/2023).
Adapun, Luhut mengatakan dirinya juga membahas mengenai Rencana Investasi Komprehensif (CIP), termasuk rencana pensiun dini pembangkit listrik, pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), dan peningkatan nilai rantai serta kebijakan kunci.
“Kolaborasi ini nantinya akan merancang Rencana Investasi Komprehensif (CIP), yang mencakup berbagai hal mulai dari identifikasi Portofolio Program JETP seperti pensiun dini pembangkit listrik, pengembangan EBT dan peningkatan nilai rantai serta kebijakan kunci yang akan mempercepat implementasi program ini,” tambahnya.
Dia mengungkapkan percepatan yang dilakukan adalah seperti penyebaran jalur transmisi dan jaringan, percepatan pengembangan EBT, dan peningkatan manufaktur EBT.
“Percepatan upaya transisi seperti penyebaran jalur transmisi dan jaringan, percepatan pengembangan EBT (baseload dan VRE) dan peningkatan nilai rantai EBT (manufaktur EBT di Indonesia) adalah jalan yang akan kami tempuh untuk segera mewujudkan berbagai target yang telah ditentukan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut,” tambahnya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Septian Hario Seto menyatakan bahwa Menko Marves Luhut akan berangkat ke AS pada Selasa (11/4/2023), untuk membicarakan perihal itu.
Seto menjelaskan bahwa Menko Marves Luhut akan bernegosiasi perihal kesepakatan antara Indonesia dengan AS lebih lanjut lagi perihal FTA mineral kritis di Indonesia. “Jadi ya, hari Selasa ini, Pak Menko akan kesana (AS) dan kita akan negosiasi terkait hal ini,” ujarnya saat Konferensi Pers, di gedung Kemenko Marves, Senin (10/4/2023).
Dia menyebut, pada 2 pekan lalu AS juga baru saja bersepakat dengan Jepang untuk FTA khusus critical mineral ini.
“Jadi kan IRA ini kan kita harus ada FTA. Kita kan belum punya, bukan berarti kita tak bisa, tapi kita belum punya FTA saja. Sebelumnya 2 minggu yang lalu kan mereka buat kesepakatan dengan Jepang, sebelumnya kan mereka gak ada FTA. Jadi, dengan Jepang ini ada deal-nya juga, untuk critical mineral,” jelasnya.
Lebih lanjut, Seto mengatakan bahwa Indonesia bukan satu-satunya negara yang belum memiliki FTA dengan AS. Seto menjelaskan bahwa negara yang sudah memiliki FTA dengan AS baru 17 negara.
“Kan banyak juga kan cuma ada 16 plus Jepang, ada 17 negara yang punya FTA dengan Amerika. Jadi banyak sekali negara yang tidak punya FTA kalau tidak punya berarti tidak eligible untuk IRA,” tegasnya.
Selain itu, pada kesempatan yang sama, Menko Marves Luhut juga mengungkapkan bahwa nantinya jika AS tidak segera menjalin kerja sama dengan Indonesia atau Free Trade Agreement (FTA) maka yang akan rugi adalah pihak AS itu sendiri.
“Kita akan bicara (dengan AS), karena kalau tidak, mereka akan rugi juga dan green energy yang kita punya untuk proses prekursor katoda itu mereka nggak dapat dari Indonesia karena kita nggak punya free trade agreement dengan mereka,” tegasnya saat konferensi pers di gedung Kemenko Marves, Senin (10/4/2023).
“Konteks ini kita masih oke. Misal nanti kita ketemu dengan Ford hari Sabtu di Amerika dan Tesla juga,” tambah Luhut.